Wednesday, May 15, 2013

Pesan Pada Hiasan Peti Mati

WAKTU - Ketika berkunjung ke rumah sahabat, yang berbisnis jual peti mati dan penyewaan ambulance, di Solo beberapa hari lalu (Kamis, 9 Mei 2013) saat hendak pulang mata penulis tertarik dengan gambar hiasan pada salah satu peti mati. Di bagian luar peti mati terdapat gambar ukiran orang sebanyak 13 dimana satu orang tokoh di kiri dan kanannya masing-masing diapit 6 orang. Tampaknya 'fragmen' yang menggambarkan 'Nabi Isa as' (dalam tanda petik) dengan keduabelas orang muridnya (Al-Hawariyyun). Adakah yang dapat dipetik sebagai pelajaran berharga dari sesuatu di sekitar kita ? Apakah makna gambar hiasan dalam peti mati itu ? Mengapa tidak memilih gambar yang lainnya ? Benarkah banyak manusia yang tidak menghargai waktu ?

peti mati putih



Dalam berdakwah, Isa didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam Al-Quran. Kisah para sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Maidah: 111-115 dan surat Ali-Imran: 52. Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawariyyun meminta Isa untuk menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa (Wikipedia).

Terlepas dari persepsi gambar diatas, penulis tertarik gambar 'tokoh' yang dikelilingi oleh 12 orang 'murid'nya. Peti mati ini seolah 'berbicara' mengingatkan orang yang masih hidup di dunia ini untuk menghargai waktu. Dalam sehari ada 12 jam. Dalam semalam ada 12 jam. Dalam setahun ada 12 bulan. Itulah modal utama manusia. Apakah waktunya dipergunakan untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat ? Apakah waktunya diisi dengan sesuatu hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat ? Saat ini ikut menentukan apa yang akan diraih di masa depan. Masa lalu menjadi pengalaman yang berharga untuk masa kini. Bila waktunya telah habis, maka semua manusia akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Perhatikan waktumu ! Jangan sia-siakan waktumu.

Warna hiasan pada peti mati itu putih polos. Putih bersih tiada ternoda warna apapun. Tidak ada warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Semua warna tersebut lebur menjadi putih. Putih berarti suci. Suci laksana seorang anak yang baru dilahirkan. Dia suci belum mempunyai dosa apapun baik kepada Tuhan maupun sesama manusia. Kemudian setelah akil baligh manusia secara berangsur-angsur mulai terkena dosa. Ada dosa kecil, 'tanggung', dan besar. Dengan semakin lamanya waktu, dosa-dosa itu semakin menumpuk dan menebal. Sudahkah dia yang ada di dalam peti mati semasa hidupnya mohon ampun dan bertaubat kepada Tuhan ? Sudahkah dosanya diampuni oleh Tuhan ? Sudahkah dia meminta maaf kepada sesama manusia atas salah dan khilafnya ?

Gambar dalam peti mati itu dikelilingi garis kotak empat persegi panjang seolah sebuah 'panggung sandiwara'. Dengan nada bergurau ada yang bilang 'dunia adalah panggung sandiwara'. Ya, dunia adalah panggung raksasa yang tidak pernah tidur 24 jam penuh sehari semalam. Ada yang berperan sebagai raja, presiden, perdana menteri, pengusaha, wakil rakyat, artis, pelawak, ulama, petani, nelayan, sopir bis, pedagang asongan, penata lampu, buta cakil, dasamuka, penjahat, pengacau, pengadu domba, dan lainnya. Ada tawa ceria, tangis, sedih, bangga, lega, marah-marah, perang, tawuran, damai, panas, dingin. Semua 'pemain' ada 'waktu edar'nya. Tentu 'panggung sandiwara' itu ada 'sutradara'nya. Peran apapun yang dimainkan akhirnya masuk ke 'kotak' juga.

No comments:

Post a Comment